Tuesday, June 3, 2008

kapan pulang?

Akhir-akhir ini sering banget ada pertanyaan tentang kepulangan. Kepulangan kemana? Ke rumah tentunya. Rumah mana? Nah, ini dia... Aku sudah kurang lebih tiga tahun menetap di Jerman, yang diantara masa-masa itu Guntur nyusul dari Jakarta & Rana lahir. Nggak terasa ya? Selama ini rumah kontrakan kami di Pfizstr. 66 yang jadi RUMAH kami. Kami disini berarti aku, Guntur & Rana. Di rumah kecil ini kami sama-sama mengalami susah, senang, brantem, damai, membesarkan anak walau sekaligus berlaku kaya anak-anak. Naja, diringkas rumah ini sudah jadi bagian dari hidup kami sekeluarga selama ini. Seperti "mangan ora mangan sing penting kumpul." Biar kecil kaya RSSSSS, tapi yang penting bertiga. Rumah itu dimana keluargaku berada. Rumah buatku bukan sekedar bangunan fisik semata, bukan "house" tapi "home", tapi juga jiwa. Tempat aku tumbuh besar dan tempat menyimpan kenangan. Melewati perjalanan waktu yang cukup panjang. Indonesia - Jakarta - Depok, rumah Cipete, rumah Depok, Ars UI itu rumahku (dulu). Sekarang? Karlsruhe, Pfinzstr. 66. Mmh, kayaknya aku orang rumahan banget ya?

(Foto Lebaran 2004 di Cipete, sama Daniel & Tasha)

Sebelum berangkat ke Jerman memang yang jadi rumah adalah rumah di Cipete VII. Tapi kalau lihat lebih jauh, itu rumah orang tua kami. Trus kenapa selama ini kami sering kepikir untuk "pulang"? Sepertinya sih, karena kita disini belum settle alias kemapanan belum tercapai. Kami masih student, penghasilan pas-pasan (secara beasiswa sudah habis), tambah anak kecil. Beda kalau sudah mapan dan menetap disini, kata pulang berubah jadi kata "mudik" yang artinya cuma sementara, liburan. Sepertinya kata "pulang" seperti memberi kami pengharapan atau imbalan, sesudah masa-masa perihatin disini. Sepertinya bisa memberi energi dan tambahan semangat, "ayo, cepet selesai. Abis itu pulang..." Sepertinya libur panjang tanpa akhir.

Lha njur piye? Hahaha, aku juga nggak tahu. Disatu sisi, keingingan pulang selalu ada. Enak kan, di Indonesia banyak saudara, banyak jajanan, banyak teman. Tapi kalau melihat kemungkinan, bahwa kepulangan berikut adalah kepulangan untuk seterusnya dan tanpa ditemani Guntur sementara, sepertinya bukan kepulangan yang 100%. Ada bagian yang kurang, mau selesai kuliah dulu. Jadi bukan seperti pulang ke rumah kami.

Yah, mau bagaimana lagi? Yang enak sih, pulang ke Indonesia, punya rumah kami sendiri, dekat dengan keluarga. Kapan? Ya belum tahu, satu-satu dulu. Doain aja... Yang penting sekarang, kuliahku beres, kuliah Guntur beres, Rana sehat, kami bisa cari uang... amien...

No comments: