Tuesday, December 30, 2008

Weihnachtsbeleuchtung

Sebelum lupa, ini ada foto Durlach dengan Weihnachtsbeleuchtung (lampu-lampu natal), yang merupakan tradisi kota tua ini. Selain itu ada foto dekorasi waktu diundang makan di Weihnachtsfeier (pesta natal) di Cafe (nyam nyam...). Tapi berhubung fotonya cuma pake HP, jadinya resolusinya kurang mantab.
.

(Durlacher Straße)

(Dekorasi waktu Weihnachtsfeier di Cafe)

Ich liebe Weihnachtszeit in Deutschland... ^_^

Tahun Baru dan Harapan..

(Ibu dan Rana plus kuncir barunya waktu kita makan di Kaiser Grill Kebab)

Besok dah malam tahun baru, kita beranjak ke tahun 2009 (sekaligus tahun baru Hijriah 1430 H). Ga berasa ya... Kayanya baru kemaren bikin blog ini, walaupun ga rajin2 amat sih ngisinya. Kalau setahun ada 80an entry, berarti sebulan kurang lebih ada 7-8 entry. Ya, lumayan buat orang yang jadi pemalas tahun ini. Kayanya tahun ini bukan tahun yang sangat baik buatku (skala cuma tiga: kurang baik, baik dan sangat baik). Selain tesis yang belum kunjung kelar, belum bisa pulang ke Jakarta, juga bapak meninggal tanpa aku disana. Bukan berarti aku ga bersyukur atas apa yang diberi Allah SWT buatku dan keluarga kecilku ini. Walaupun beasiswa dah ga jalan, tapi alhamdulillah masih ada tabungan, juga dapet kerjaan di Cafe deket rumah. Udah gitu dapet bantuan dari Stadt, jadi rana sempet ngerasain yang namanya dititip ke Tagesmutter. Yang penting masih bisa makan sama bayar kontrakan. Alhamdulillah...

Kalau Frau Kehrle sore ini bilang, "Rini, ich wünsche Ihnen und Ihrer Familie einen guten Rutsch ins Neujahr und ein gesundes neue Jahr," dan berpendapat bahwa kalau menginginkan "ein gutes neues Jahr," kita sendiri yang harus mengusahakannya. Mmh, boleh juga... Amin! Yang jelas, tahun depan harus lebih baik dari tahun ini, usaha juga harus lebih keras (semoga ditunjang pula dengan kondisi kesehatan yang bagus, seperti yang Frau Kehrle bilang). Semoga bisa pulang ke Jakarta & bisa membawa kebaikan dan keberkahan buat keluarga & teman. Amin....

Ayo semangat!!! Adalah beberapa cita-cita, semoga bisa berhasil resolusi tahun baru ini. 2009 semoga jadi tahun yang lebih baik. Selamat tahun baru!!

Monday, December 8, 2008

Hari ini:

Hari ini 12 Dzulhijah 1429, yang berarti Idhul Adha.
Selamat Idul Adha bagi yang merayakannya!

Catatan kecil:
Selain Idul Adha, hari ini berarti hari libur buatku dari kerja. Tapi bukan berarti libur dari tugas rumah & jagain rana. Bukan maksud mau ngeluh, tapi lebih ke refleksi diri sendiri & dalam usaha cari cara supaya ketikan bisa kelar cepat & sesuai yang diharapkan. Gimana ya? Sering kemalasan menghadang atau keletihan dijadikan alasan. Payah!!

Monday, November 24, 2008

dah mulai dingin...

Sekarang sih resminya masih Herbst alias musim gugur, tapi ternyata ga berlaku buat si angin, hujan, salju atau si dingin yang menggigit. Akhir minggu lalu mulai diberitain kalau kita siap-siap menghadapi kedatangan si Winter yang bakalan disertai dengan perubahan yang drastis alias kemungkinan besar pakai badai salju segala. Kayanya sih, kali ini lebih dingin dari tahun lalu, secara tahun lalu hangat bo, saljunya turun deket natal alias akhir Desember-Januari, paling cuma becek hujan, udah gitu juga ga tahan lama, sehari-dua hari dah lumer. Nah, ini di Karlsruhe loh, daerah hangat di Jerman, bulan November mulai saljuan? Tahun lalu juga buat ketemu salju, kita sampe naik ke daerah atas, deket Schwarzwald - Black Forrest. Sekarang tanpa naik ke atas pun dah putih semua... Bener-bener deh perubahan klima. Berarti mesti siap perlengkapan musim dingin yang canggih nih...

Thursday, November 13, 2008

Saat yang enak buat bayar puasa:

Waktu sholat lokal (13.11.2008):
Subuh 05:45
Maghrib 16:48
Isya 18:32

Cuaca kadang mendung kadang cerah, yang jelas dingiin... ^_^

"Die Kleine hat die ganze Zeit geweint.." (PART II)

Masih inget ceritaku tentang Bapak gendut yang komentar kalau rana malem suka nangis? Tepatnya sih di blog-nya rana. Yah, tadi pagi aku dan rana waktu pulang jalan-jalan ketemu sama Oom Gondrong. Kalau ini apartemennya berseberangan dengan apartemen kami. Dia orangnya ramah, ceweknya pun ramah. Waktu kita ketemu di parkiran sepeda, dia nanya apa kabar, terus dia bilang, si rana suka nangis ya, kl malem. "Lagi tumbuh gigi?" tebaknya. Berhubung arahnya ke komentar seperti si Bapak gendut, aku langsung aja bilang, "Iya, banyak. Ada empat sekaligus. Jadinya sakit banget!" Hahaha... boong sih, tapi ga banget kok, soalnya tanda2 gusi mulai putih paling enggak emang ada 4 lagi. Terus aku sekalian bilang, soalnya lagi dipisah dari botol dotnya, jadinya susah banget. "Oo iya, emang. Saya bisa bayangin. Cuma, saya sedih aja kalau denger dia nangis..." katanya lagi. Oalah Oom, segitu pedulinya. Makasih deh... Terus aku bilang aja lagi, "emang jadi bayi itu ga gampang...!" "Iya, apalagi jadi orang tuanya. Pasti capek banget..." komentarnya. Baik sih emang, tapi daleemmm boooo.... secara dia nyempet2in nyapa dan datengin kita di parkiran. Hhm, tapi jangan-jangan dia juga ngecek kita, dengan dugaan child abuse? Disini sih lagi trend tuh. Iiih, amit-amit deh. Enggak kok Oom, we're fine! Ah, jadi banyak prasangka gini sih yang muncul. Yang jelas Oom, kalau kita punya rejeki lebih dan masa depan dah jelas, pastilah kita juga mau pindah, keluar dari rumah yang sangat mungil ini. (Amin...)

Wednesday, November 12, 2008

Sie oder Du?

Seperti di Indonesia, di Jerman pun ada penggunaan kata "Anda" dalam perbincagan, yaitu dengan "Siezen". Kalau di Indonesia (secara bahasa ibu sendiri) sepertinya bisa lebih luwes karena ditambah dengan panggilan supaya lebih akrab "Mbak Rini", "Bu Eka", atau "Pak Gun", dll, (atau emang aku sok akrab? hehehe). Nah di Jerman ga seperti itu. Standar lah, cuma bisa "Frau" atau "Herr" yang disertai dengan nama belakang. "Siezen" mengisyaratkan jarak-tingkat yang muncul diantara yang ngobrol, yang artinya dua orang atau lebih itu tidak terlalu kenal alias sebatas hubungan profesi, dengan klien, dosen dengan mahasiswa atau orang yang baru kenalan. "Duzen" dipakai kalau orang-orangnya sudah saling kenal baik, teman sekelas atau kuliah, teman kerja, sahabat dan buat anak kecil. Biasanya aku senang sekali kalau kita boleh "Duzen" sama temen atau kenalan Jerman, kan artinya hubungan kami lebih dekat bukan? Jarang-jarang gitu loh, bisa akrab sama orang Jerman... Secara mereka lebih terbuka kalau lagi minum-minum di bar. Susah kan?

Ini jadi lucu kalau lagi nonton film. Kalau di Jerman, semua film yang berbahasa asing non Jerman, harus di-dubbing dulu sebelum tayang di tivi atau bioskop. Nah, film berbahasa Inggris yang cuma pakai istilah "you" tidak mengenal struktur "Sie" jadi harus disesuaikan. Nah, giliran ada film yang bercerita tentang kisah cinta misalnya dari klien sampai jadi pacar, mulai keluar ribetnya. Yang tadinya gampang "I love you" jadi "Ich liebe Sie" artinya "Saya cinta Anda". Kok, rasanya aneh ya? Nggak persönlich atau intimate banget gitu. Nah, biasanya berubah jadi "Du" kalau mereka sudah ciuman atau bobo bareng. Tiba-tiba aja "Ich liebe Dich". Hehehe... repot. Oiya, kalau di email, cara nulisnya pun beda. Sie harus huruf besar, tapi ada juga Du yang perlu ditulis pakai huruf besar, yang berarti hormat atau hubungan kami ga sedekat itu. Nah, du bisa ditulis huruf kecil kalau dah sohib banget deh.

Pernah loh, aku dan temenku Ana mengalami kesalahpahaman dengan dosen di kampus. Waktu itu aku dan Ana ambil kuliah Stadtplanung. Kebetulan ada salah satu karyawan alias dosen di institut yang lagi doktoran ikut ambil mata kuliah itu. Jadi dong, harusnya kita selevel, sama-sama jadi mahasiswa dalam kuliah itu. Nah, dia bilang ke kami berdua, supaya kita bisa ngobrol dengan "Duzen" aja, ga perlu panggil Sie atau Herr X. Hah loh, gimana bisa? Lha wong kami berdua masih ikut mata kuliah dia juga pada semester yang sama, berarti kan dia tetep dosen kita, bukan Komillitonen alias temen kuliah. Kebayang ga, kan ga enak sama mahasiswa yang lain, masa kami berdua "Duzen" dan yang lain harus "Siezen"? Akhirnya setelah aku berembuk dengan Ana, kami memutuskan tetap menggunakan "Siezen". Singkat kata si Herr X agak tersinggung. Udah ditawarin kok jadi "Duzen" malah tetep "Siezen"?!! Kan sebuah kehormatan buat kami bisa dianggap jadi temen?! Untungnya si Ana bisa jelasin ke dia, maksud kita baik, supaya tetep fair aja. Jadi sampai sekarang, teteplah kita "Siezen".

Cerita lain adalah waktu aku kerja di Cafe sejak 6 bulan yang lalu. Orang Jerman emang unik! Ternyata ga semua bos bisa diajak ngobrol dengan "Duzen" seperti bosnya Guntur, si Mama Ana yang orang Itali. Bosku ini tulen orang Jerman. Nah, kesimpulannya, aku dengan bos-bosku itu ber-"Siezen". It's okay, lagipula itu berlaku ke semua pegawai Cafe itu, bukan cuma aku yang notabene cuma kerja di dapurnya. Hubunganku dengan pegawai yang lainpun bisa dibilang lumayan baiklah, walaupun bukan tanpa friksi (kadang kalau order lagi banyak, para pelayan itu kadang suka reseh, marah-marah nyuruh-nyuruh ga jelas dan bikin BT. Tapi kalau lagi sepi bisa ramah dan baik hati sekaliiiii). Dengan sebagian besar teman kerja, aku ber"Duzen". Hanya kepada dua orang aku ber"Siezen". Alasan: karena maunya begitu, karena ada satu orang yang sangat senior alias dah pensiunan. Walaupun begitu, hubunganku dengan mereka berdua jauh lebih baik dan harmonis, dibanding dengan kawan lain yang ber"Duzen". Dengan adanya jarak antara aku dan dua orang itu, kami malah saling menghargai satu sama lain, lebih dari yang ber-aku-kamu. Sama halnya dengan bos-bosku itu. Mereka baik sekali. Walaupun Anda-Saya, tapi tetap mereka ramah dan berusaha akrab. Dengan menggunakan "Siezen" garis hubungan yang ditarik lebih jelas, aku karyawan mereka bos. Otomasti dengan menggunakan "Siezen" bahasa yang dipakai lebih jelas dan sopan. Jadi lebih no offense kalaupun ditegur. Kebayang kalau ada yang bilang, "Eh, kamu/loe.. keringin sendoknya yang bener dong! Diliat dulu!!" Beda dengan "Rini, tolong waktu Anda bersihin sendok, lebih bersih ya..." ditambah senyum lagi. Mana yang lebih enak? Kok, aku berasa kalau udah ber-aku-kamu, jadi diperlakukan seperti taken for granted ya?
.
Yah, mungkin ini perasaan Jeng Rini saja, yang sensitif, sering masuk ke hati. Apalagi kalau lagi bete. Hehehe... Yang jelas, mungkin aku lebih memahami, kalau orang ber"Siezen" bukan berarti dia menjauhkan atau memberi jarak sama aku. Tapi karena penghormatan. Buat apa dipanggi loe-gue atau aku-kamu kalau ga dihargai? Yah, namanya hidup di negeri orang, berusahalah aku untuk memahami karakter orang disini. Ga usah sensi deh. Don't worry, be happy... ^_^

Tuesday, November 11, 2008

berhasil - soto mie & pempek2an

Hehehe... mulai dingin nih, jadinya sering laper. Kemaren coba-coba bikin soto mie. Wuih, nyam nyam buat sarapan!! Bedanya sama soto mie di Kantek (Kantin Teknik UI), soto mie ini ga pake ngendal (ituloh, lengket-lengket di mulut gara-gara lemak). Resepnya diambil dari resepnya Mba Riana, uenak loh! Udah gitu bumbunya juga ga repot (soalnya minim sumber daya bumbu & bahan asia). Hasilnya?

(Soto Mie di Minggu pagi - judulnya garing ya?)
.
Sedapnyaaa... (kaya komentar Upin & Ipin kalau liat makanan enak). Selain itu coba bikin pempek2an ala Fatmah & Niero. Ga tau sih, kalau udah pernah ada yang posting. Tapi yang ini gampang dan cepat. Adonannya kaya bikin bala-bala alias bakwan, cuma isinya diganti sama daun bawang & bakso ikan, plus sedikit bawang putih bubuk. Rasanya? Kalau dimakan sambil dihayati (merem gitu), enak juga kok! Mirip pempek palembang deh. Heheheh... Tinggal bikin kuahnya aja: gula jawa, garem, gula, bawang putih, sama cuka. Nyam-nyam! (Kali ini ga sempet difoto, soalnya keburu abiss).

mulai dingin...

(Mengabadikan suasana musim gugur di Schloßplatz 2008)

Gile... aku keliatan gendut banget ya? Sebel banget. Tapi suwer deh, itu gara-gara model jaketnya, ditambah lagi baju berlapis-lapis (3 lapis). Benerrr deh...

Friday, October 31, 2008

penyakit lama muncul lagi

Iya, nih musim dingin dah dimulai berarti ada kebiasaan2 yang dimulai lagi:
  • nempelin badan atau kaki ke Heizung alias heater. Soalnya tetep aja masih kedinginan, walaupun Heizungnya nyala. Dari 3 Heizung yang ada dirumah, cuma 1 yang berfungsi dengan baik. Repot kan kalau emang cuaca lagi dingin banget... Masalahnya sekarang harga BBM & juga listrik naik, kalau pemakaian banyak, kan berarti makin mahal dong...
  • jarang mandi. Hehehehe... Air disini kadar kapurnya tinggi, jadi makin sering mandi atau kena air, kulit makin kering. Selain itu emang udara disini kering banget. Kalau di Jakarta kelembaban udara 80%-90% disini cuma 10%. Banget-banget deh keringnya...
  • jarang cuci baju, soalnya jemuran makin lama kering. Lagian baju yang dipakai ga terlalu banyak, paling-paling Pullover yang ga perlu setiap kali abis pakai langsung cuci. Toh ga keringetan. Hehehe.. Jorok bangettt!

geschafft!!

Alhamdulillah kemaren berhasil masukin tulisan versi pertama ke prof. Akhirnya.... dah lama banget kan padahal. Emang deh ternyata aku masih last minute aja. Bener-bener last minute. Kalau deadlinenya blom sampe, kayanya rasa belom selesai masih ada aja. Kalau deadlinenya dah sampai, emang harus selesai yang diudahin aja. Payah payah... Dari waktu yang dikasih 6 bulan sebelumnya, kayanya aku sama sekali ga produktip, ga ada keinginan ataupun panggilan jiwa ataupun wangsit dari langit. Selama 6 bulan itu yang tertulis baru 30 halaman (emang sih, yang diitung bukan halamannya, tapi dari isinya. tapi plg enggak secara fisik dah terwujud). Eh, dalam dua minggu terakhir ini tau2 bisa menghasilkan jumlah yang sama dengan isi yang ga jelek2 amat, walaupun detik terakhir aku dah ga tau apakah tulisan itu dah berulang atau apalagi yang kurang. Pokoknya jadiii...
.
Hasilnya selain tulisan sebanyak itu, rumah juga berantakan, cucian baju masih numpuk dan makin tinggi tumpukannya, ga ada masak buat makan siang atau malam - cuma supermi atau telor ceplok, mata perih, punggung kaku (yah ga jauh2 amatlah sama hasil begadang di arsitek), kaki kapalan (wehehe itu mah bukan gara2 nulis tapi gara2 sepatunya dah sempit - kaya masa pertumbuhan aja ya?), dll. Belum lagi efeknya buat guntur dan apalagi rana, selain ga ada makanan, ga ada waktu buat mereka, udah gitu rana jadi makin sering nonton sherina, ipin upin atau animal alphabet. Kasian kaaan?
.
Yah, pokoknya untuk saat ini ada waktu sebentar buat mereka. Sebelum mulai lagi setelah terima revisi dari prof. (moga-moga revisinya ga parah ya...) Mau charge energi buat selanjutnya! Tetap semangaat!!

Thursday, October 23, 2008

sorry, rana...

Ga tahan nih, ngeblog bentar deh. Soalnya mentog mau nulis apa lagi, perasaaan kata-kata yang muncul itu-itu aja, so limited deh. Oiya, mau minta maaf nih sama rana pagi ini, soalnya rana cuma dikasih sarapan setengah telur rebus, susu coklat kopi, sama jusnya. Havermut yang dibikinin ga dimakan, ga enak kali ya? Abis bikinnya sambil merem segala, malah sempet ketiduran & ngimpi pas nemenin rana sarapan. Sorii... Moga-moga cepat berlalu lah hari-hari begadang ini. Mungkin udah berapa ratus kali lagu-lagu yang sama di ym aku dengerin. Dah ga kuat body deh! Oiya, lagunya Beyonce yang "if i were a boy" oke...
.
PS: rana maunya ngomong "minum" daripada "mimi" (good girl!), "abissh, isshii" kalau air di botol minumnya abis atau ga enak & minta isi ulang sampai dalam tidurpun dia bisa request, "nyinya" buat singa, "buyyung" buat burung, "dodok" buat kodok, "pupupupu" buat kupu-kupu, "babajah" buat jerapah, "maauu" buat tikus alias "maus" cuma s-nya ketinggalan, "bayung" buat payung, "jepatu" buat sepatu, "bajju" buat baju, "petu" buat pintu, "jais" buat tas atau dia lagi ngitung eins-zwei-drei cuma bingung mau mulai dari mana: eins atau drei, "hani" buat hanif & "ami" buat jasmin. Hehehe... ledakan kata-kata.

Thursday, October 2, 2008

Batpil...

Heboh, satu rumah mulai sakit. Kayanya sih bakal batpil - batuk pilek Emang nih, kalau udah musim mulai dingin, jadi aga rentan deh badan. Mulai dari rana yang beberapa hari lalu ga bisa tidur karena idungnya bumpet dan akhirnya mulai meler pas lebaran. Akhirnya sampe idungnya lecet karena dibersihin terus. Kasiaan banget liatnya. Eh, si ayah mulai juga hari ini tenggorokannya sakit & meler. Ga taunya aku juga, mulai dari lemes, tenggorokan sakit, sampe pilek-pilek. Susah deh kalau semua sakit. Harus sembuh ni... jangan sampai sakit parah lah!

Wednesday, October 1, 2008

Lebaran 2008

Sayang lebaran kali ini kami belum juga bisa pulang untuk yang keempat kalinya. Tapi bukan berarti jadi halangan untuk bergembira. Syukur deh masih bisa merasakan Idul Fitri & merayakan bersama teman. Kali ini lebaran di Jerman lebih dulu satu hari daripada di Indonesia, ga seperti tahun sebelumnya. Jatuhnya 30 September 2008.

Persiapannya dah beberapa hari sebelumnya. Dimulai dari beres-beres rumah, cuci baju, bikin cemilan bola-bola coklat, belanja sampai masak. Karena jauh-jauh hari di Jerman dah diumumin kalau kemungkinan besar lebaran jatuh 30 Sept, jadinya aku sama Guntur dah siap-siap bilang ke bos2 untuk bisa ambil libur satu hari. Jadinya bisa puas kumpul bareng teman. Berhubung dah beberapa kali lebaran disini pake suasana minimalis, diusahakanlah kali ini supaya aga lebih berasa seperti di Indonesia, yaitu deh pake kebiasaan beres-beres rumah sampe masak-masak. Sampe Rana bantuin juga! Kan kangen lohh...

H minus 5: Cuci baju, jemur di lantai 1

H minus 4: Belanja daging & sayur
H minus 3: Cuci baju, kaos, ngeringin di Waschhaus supaya langsung kering, mulai beresin kompor & bak cuci piring, buka bersama di rumah Dita & Pak Yusuf

H minus 2: Bersihin kamar mandi, ngelap-ngelap meja, mulai keluarin daging dari freezer buat dimasak sambel goreng ati, bikin lontong
H minus 1: Nyedot debu plus ngeringkesin barang yang tergeletak dimana-mana, lipet baju, mulai bikin bola coklat. Malemnya rebus ati & mulai dimasak pake bumbu instan. Cape bo kl ga pake bumbu instan... Terus cek di milis cari pengumuman kapan sholat ied dilaksanakan.

Hari H
Jam satu pagi aku bangun & ngecek email, kebangun karena Rana tiba-tiba nangis, ga tau kenapa, kayanya sih idungnya bumpet. Biasa deh keterusan akhirnya cek fesbuk sama prenster. Sekalian ngucapin selamat lebaran. Keterusan sampe setengah empat pagi, akhirnya aku bangun lagi jam setengah enam. Guntur dah bangun dari jam empat, karena kebiasaan sahur. Akhirnya Rana ikut bangun juga jam enam & langsung nonton si ipin & upin, biar aku bisa leluasa siap-siap. Barang yang mau dibawa sholat ied dah aku siapin malemnya: mukena, sajadah, baju ganti & perlengkapan jalan rana, snack, sama bola coklatnya tentu.

Jam setengah tujuh kita dah siap semua, paling tinggal cari kaos kaki & jaket supaya lebih matching. Baju Rana disetrika dan langsung dipake. Bajunya kado lebaran dari Tante Niero, maksudnya supaya kembar sama Jasmine. Nah, jam tujuh kurang seperempat dah jalan ke halte, mau naik trem yang menit 56. Bareng keluarga Kamil. Aku sempetin beli croissant 2 biji buat sarapan kalau aja kita tiba-tiba laper lagi. Sampai di Mesjid An Nur jam setengah delapan lewat & kita orang Indonesia yang pertama. Hehehe, soalnya biasanya kita pas banget atau mepet dah mau sholat. Ga lama kemudian take tempat & nunggu sampai sholat. Akhirnya sholat ied dimulai jam setengah sembilan.

Keluar dari ruang sholat kita biasanya kumpul di lapangan, salam-salaman. Biasa deh, orang Indonesia emang paling rame. Ada sih orang Arab yang mayoritas emang lebih banyak, tapi kl soal seru, paling seru emang kumpulan orang Indonesia. Ada sekitar 50 orang kali ya... Bagi-bagi makanan, cemilan, foto-foto. Nah, kadang kita suka ikut acara sarapannya mesjid, tapi kali ini kita cepet bubar jalan.

Pulang dari mesjid, sempet ngurus semester ticket dan ke bank. Abis itu sampai rumah sekitar jam sebelas lewat. Aku langsung bikin wingko aja, buat dibawa ke rumah Fatma & Pak Haedar yang udah ngundang kita kerumahnya buat makan siang bareng. Oiya, aku juga sempet nerusin bikin opor ayam, lagi-lagi pake bumbu instan! Rana yang ga bisa diem, diajak jalan keluar sama Guntur. Padahal dia idungnya dari pagi beler terus plus bersin-bersin. Ini nih, tanda-tanda musim berubah. Lumayan deh jalan-jalan sempet liat kucing. Berhubung kostumnya ynag tadi pagi dah belepotan kena coklat, aku dobel bajunya sama blus batik dari si Uti, kado lebaran buat Rana. Kapan lagi dipake kl bukan sekarang? Akhirnya kita jalan ke rumah Fatma & Pak Haedar jam satu kurang, ketemu Mas Tatang & keluarga sama warga baru Karlsruhe, Mira. Rumah Pak Haedar sih ga sampe 500 meter dari rumah, tapi kita kadang suka telat. Heheheh...
Dah gitu kita makan-makan disana. Dah banyak yang dateng. Wuih, Fatma banyak banget masaknya. Hebat!! Bisa buka catering tuh. Canggih banget!! Enak lagi... Ketupat, opor, sayur labu tempe, sambel goreng, kerupuk, puding, kue tart ala Mba Ani, wingko-ku, anggur, es teler, kopi, dll dll... Setelah kita juga masih banyak yang dateng, pokoknya rumahnya yang terbilang cukup luas sampe penuh sama orang-orang dan anak-anak. Seneng deh, ketemuan, ngobrol-ngobrol. Yang lain juga nyempetin ambil cuti. Soalnya ada temen yang terpaksa ga sholat ied, karena harus presentasi & seharian pula, kasian banget kan?! Kapan lagi kaya gini... Melepas kangen...

Akhirnya kita pamit jam setengah lima, karena Rana dah teler & Guntur harus bangun pagi besok buat kerja. Sebenernya sih ada undangan lagi di rumah Mas Imam Brekele, tapi karena kita ga sanggup, kita telpon aja. Alhamdulillah bisa melewati bulan Ramadhan, bisa kumpul lengkap keluarga kecil bertiga, bisa ketemu lebaran & bersilaturahmi sama teman, bisa makan enak, bisa becanda, walaupun cuma sejenak. Karena besok dah masuk lagi seperti biasa. Alhamdulillah masih bisa tarik napas sejenak, ngisi energi & semangat.
Semoga esok jadi lebih baik lagi! Amin... Selamat lebaran!! Maaf lahir bathin ya!!

Friday, September 26, 2008

Idul Fitri 1429 H

Kami sekeluarga mengucapkan...
SELAMAT IDUL FITRI 1429 H
Minal Aidin wal Faidzin
Mohon dimaafkan lahir dan bathin
dan semoga amal ibadah kita di bulan Ramadhan
diterima Allah SWT, amien...

Salam hangat dari Karlsruhe,

-rinigunturrana-

Friday, September 19, 2008

malu aku malu...

Hehe, aku baru aja inget kejadian waktu aku kelas satu SD dulu. Yah, lucunya sih nggak seberapa, tapi malunya itu loh. (Iya lah, aku kan pemalu, apalagi waktu SD dulu, hehehe). Aku dulu sekolah di SD Yapenka yang letaknya ga sampai 50 meter dari rumah. Nah, guru kelas 1A bernama Pak Margono (sekarang dimana ya?), beliau baik sekali, lucu, jarang marah pula. Biasa lah, kelas satu SD dulu belajarnya masih belajar membaca & matematika tambah kurang. Pak Margono pesan, supaya kita jangan saling mencontek.
Nah, waktu kita pertama kali diajar pengurangan, aku pun kebingungan. Soalnya belum dapet tuh yang namanya konsep pengurangan. Rupanya teman sebangku-ku juga belum ngeh. Begitu dikasih soal, aku coba ngitung. Berhubung persediaan jari tangan dan kaki terbatas, akhirnya aku pinjem jari teman sebangkuku, si Rilly, dan kita pun bekerja sama. Dengan sangat serius, kita berusaha saling menyalin dalam menyelesaikan masalah. Kayanya tuh kita akhirnya bukan belajar pengurangan, malah kita akhirnya melakukan penambahan, entah gimana, tapi sambil dihitung mundur. Pokoknya kira-kira jawaban kita keliatan benar & meyakinkan. Eh, begitu diperiksa Pak Margono, kita berdua langsung ditanya, "Hayo, kalian nyontek ya??" "Enggak, kok, Pak," jawab kita yakin. "Kok hasilnya bisa sama?" tanyanya lagi. Kita berdua senyum malu-malu. Ya iya lah ketauan, lha wong jawabannya sama, salahnya sama pula. Hahahaha... gimana ga ketauan? Malu deh...

Tuesday, September 16, 2008

melihat lebih jelas

Kutip dari lagunya Sherina di film "Petualangan Sherina" yang bertema bintang di langit, jadi inget sesuatu. Agar lebih bijaksana. Kalau segala sesuatu ga dinilai dari sudut pandang kita aja. Bukan berarti apa yang kita lihat salah atau nggak penting untuk disampaikan, tapi kita kadang perlu juga melihat dari sisi lain. Yah, ga harus selalu serius sih, cuma sekedar lewat kok, kaya kejadian berikut.
.
Waktu Grillen di Kampus, Sommer 2008
r: "Prof, saya pulang dulu ya, udah malem nih, jam sembilan... Kayanya anak saya udah capek."
p: "Udah jam sembilan? Ini baru jam sembilan lagi.."
r: "Heheheh..." (sambil senyum kecut) "tapi kan relatif, Prof"
p: "Iya, benar, tapi emang selalu begitu"
Ya, iyalah, buat beliau dan yang lain, pesta baru aja dimulai, apalagi mereka baru selesai main bola dan mulai makan lagi. Tapi buat rana dan aku atau ayahnya rana, ini sudah jam sembilan yang artinya jam tidurnya rana, walaupun matahari belum tenggelam. Hehehe, emang susah deh ngomong sama Prof, ujung2nya dianalisa juga...
.
Waktu di Perpustakaan Kampus, Winter 2007
r: "Nan, kamu ga pulang liburan?"
n: "Pengennya, sih, tapi sekarang saya masih ujian, masih pusing. Kalau sudah selesai, rencananya mau cari oleh-oleh." (Nan mau pulang kampung ke Cina)
r: "Wah, asik dong, bisa pulang. Beli oleh-olehnya banyak ya?"
n: "Itulah, saya bingung nih."
r: "Lho, kok? Kenapa?"
n: "Iya, soalnya disini banyak banget barang buatan Cina, jadi saya harus hati-hati. Soalnya kalau kejadian, saya pulang bawa oleh-oleh yang made in China juga, malu lah..."
r: "Oiya ya..."
.
Kayanya pernah saya ngalamin kejadian itu, pengennya bawa oleh-oleh yang made in Germany, tapi apa daya, sekarang jarang banget. Merek-merek yang bagus pun diproduksi di Cina. Kebayang ga sih, apalagi kalau orang Cinanya sendiri, pasti lebih ga enak bawa oleh-oleh barang dari Jerman, tapi made in China. Heheheh...

Monday, September 15, 2008

brrr... dingin bangedd!!

(Di Haltestelle Europaplatz, Februari 2006)

Padahal ya, secara resmi musim gugur belum dimulai, tapi mulai dari minggu ke-2 puasa, cuaca mulai dingin. Sedikit hujan atau gelap mendung. Tapi sekarang ini kayanya udah harus pakai sweater deh, soalnya duinggiiinn buangggettt!! Mungkin aja sih karena kita lupa gimana dinginnya musim gugur, musim dingin bersalju atau awal musim semi. Selama ini kita menikmati banget yang namanya musim panas. Yah, walau ga panas banget, tapi lumayan lah, kan hati ikut cerah.

Suhu udara di luar sih kayanya masih berkisar 11-20 derajat Celcius, dibanding minggu lalu, kali ini lebih berasa dinginnya. Sampai kita dah nyalain heater alias Heizung dirumah. Padahal ini belum winter beneran loh! Siapa bilang kalau winter itu romantis?? (sodaraku sih) Aku rasa itu karena kebanyakan nonton doku asia semacam Winter Sonata. Alamaak dingin lagi. Kalau boleh nebak, nih, artisnya juga bisa beku waktu take film itu. Heheheh.. Apalagi saljunya sampai tebal macam disana. Karlsruhe sih relatif jarang salju, paling bertahan cuma seminggu selebihnya becek doang.
Repotnya musim dingin, baju mesti berlapis-lapis, sepatu mesti yang tebal termasuk solnya, sarung tangan sama syal jangan ketinggalan. Udah gitu kalau masuk pertokoan, pasti mulai kegerahan karena di dalam toko dipasang penghangat ruangan, kalau masuk rumah sepatu harus dicopot kalau ga mau becek, belum payung dan jas ujan. Brrr... Itu perlengkapan buat orang dewasa masih mending, bisa awet bertahun-tahun dipake. Nah, kalau anak kecil, seumur rana yang masih masa pertumbuhan? Alamat tiap musim ganti baju juga ganti. Baju winter tahun lalu belum tentu masih bisa dipakai lagi tahun ini, soalnya dah kesempitan. Belum sepatu boot, sarung tangan, dll dll. Hehehe...

Tapi ah, kapan lagi bisa nikmati musim dingin disini? Mungkin aja lain kali dah di Jakarta tercinta dan harus menikmati banjir di musim hujan atau kepanasan berkeringat... ^_^

Monday, September 8, 2008

ich hab die nasse voll...

ich hab die nasse voll, von deutschsprechen, von schreiben, von datenbereinigen, von sitzen vor dem komputer, von richtig shcreiben, indem man gross und klein schreiben muss, von kochen und niemand isst, von faulensen, von sagen viel aber nichts machen, von putzen, von wäsche waschen... usw. aber ich denke, ich muss mich korrigieren, meine seele und körper reinigen, muss öfter dankbar sein, dafür dass ich noch am leben und mit meiner familie zusammen bin. ich muss mich anstrengen und meine soweit verbrachten leistungen verbessern. ich will... wirklich, ich muss und will. aber wieso bin ich immer noch faul und noch nicht etwas erreichen? ich hab was verloren, aber immer noch was bekommen. rini, streng dich an!! tue das rihctige!! die zeit ist fast um!!

tak ada gading yang tak retak...

Kalau kata peribahasa, tak ada gading yang tak retak, benar itu... apalagi gelas! Masih inget tulisanku tentang gelas Amaretto? Wikiki... akhirnya kejadian juga. Salah satu dari gelas itu di Cafe Kehrle pecah. Kapan ya? Kalo ga salah sih hampir tiga minggu yang lalu. Gini nih, kalau pikiran melayang-layang, tenaga berlebih, tangan kurang koordinasi plus underestimate atau lebih tepatnya overestimate. Selama ini kan aku menganggap kalau gelas itu cukup sakti, terbukti dari beberapa kali benturan, tapi ga pecah. Nah, dihari yang naas itu, salah satu gelas itu terguling, karena nampan yang berisi kumpulan gelas kotor itu penuh sekali. Si Amaretto nyenggol gelas lain dan "bugg" gitu bunyinya, bukan "kryompang". Aku pikir dia tahan banting, ternyata pas aku tengok... alamak... dah retak dia. Wuidih, payahnya aku. Baru enam bulan kerja disitu, aku dah ga tau berapa gelas atau pecah belah yang dah ga sengaja aku pecahin atau retakkin. Yah, ga banyak banget sih, tapi lima ada kali ya... Ups, maaf bos! Untung bos ku baik hati dan selalu menganggap kalau ada yang pecah, ya resiko pekerjaan gitu. Ga itung2an deh... Berhubung retaknya dari ujung atas sampai ujung bawah, ga mungkinlah gelas itu dipakai lagi. Akhirnya aku pensiunkan si Amaretto di tempat gelas dan botol yang bakal dibuang. Ga kebayang aku, kalau itu kejadian sama gelas Wine. Wah, ga lagi-lagi deh overestimate. Gading aja bisa retak, apalagi kaca... iya gag?!!

Wednesday, September 3, 2008

berenang-renang...


Hari Minggunya, setelah Sabtu pergi ke Durlach Turmberg, kami berencana keluar. Ya, alasannya sih mau menikmati cuaca panas, yang katanya bakal sebentar lagi abis dan berganti musim gugur, selain hari seninnya dah mulai puasa. Akhirnya kita keluar rumah baru jam 5 sore sesudah puas bermalas-malasan. Kita jalan kaki ke Turmbergbad, kolam renang yang letaknya di kaki bukit Durlach Turmberg. Ya, sekitar 10 menit dari rumah. Agak skeptis sebenernya, soalnya dah kesorean, takut aja kolam renangnya tutup jam 6 sore. Kan cape jalan doang ya...

Untungnya kolam renang buka sampe jam 7 malem. Beda istilah, kalau disini ada dua jenis kolam renang, satu Freibad alias kolam renang terbuka, satu lagi Schwimmbad alias kolam renang tertutup. Beda kalau di Indonesia hampir semua fasum kolam renang itu ga pake atap alias terbuka, disini ga semuanya seperti itu. Makanya ada dua jenis. Yang terbuka berfungsi kalau lagi Sommer, tapi selain itu tutup, secara dingin gitu lohh... Nah, karena yang lebih sering kita kunjungi sih Schwimmbad (yang tertutup itu), jadilah kali ini kita pengen nyobain Freibad. Yah, kalau diliat sih hampir sama kaya di Situ Gintung atau Sawangan, tapi lebih variatif aja. Kalau bisa dibayangin sih kaya sekelas PI tapi harga sama kaya Lebak Bulus. Hehehe, asik ya?

Pokoknya terbuka banget. Ada Platschbecken buat anak kecil, cuma sedengkul, yang dilengkapi sama perosotan. Ada Nicht-Schwimmerbecken, buat yang bukan berenang serius plus main perosotan yang dari atas melingkar-lingkar gitu lo plus air mancur dll. Ada lagi kolam yang buat berenang serius alias Schwimmerbecken, kira2 seukuran buat lomba lah. Fasilitas lain lagi adalah taman yang segede gaan plus tempat main bola, main pasir, berjemur, sama kantin.

Yah, lumayan lah kita berenang satu setengah jam. Itu aja rana masih nangis2 minta lagi. Padahal dia dah menggigil sampe bibirnya mulai biru, gara-gara airnya dingiiiiin buuuuangggeeettt kaya di puncak aja. Sampe akhirnya baju renang oranye dari uti dicopot, soalnya makin bikin dingin. Lumayan lah, yang penting dah nyobain ke Freibad. Mungkin sebaiknya ke Freibad kalau cuacanya bener-bener panas kali ya, soalnya kan waktu itu sempet mendung, jadinya airnya masih dingin juga. Oke deh, sampai lain kali...

Sunday, August 31, 2008

Durlach Turmberg

(Foto di menara Turmberg)


Ini hasil foto waktu jalan ke Turmberg. Masih di Durlach juga kok, paling-paling kalau jalan kaki sampai puncak bukit cuma setengah jam dari rumah. Lumayan, bisa refreshing. Abis bosen juga jalan ke kota. Walaupun lagi pengen banget ke bonbin, mau nunjukin rana macem2 binatang. Rana dah mulai tahu lho, bunyi dan macem hewan. Lumayan, kan? Yah, tapi karena Pass gratis masuk ke bonbin belom diperpanjang, kita batal hari ini ke bonbin. Yasu, akhirnya sore jam setengah tujuh kita jalan ke Turmberg. Nanjag bo, sampe pegel. Akhirnya kita putusin naik Bergbahn (kereta yang gunung), soalnya bakalan cape sebelum sampai ke atas, apalagi bawa kinderwagen. Pulangnya aja yang jalan kaki. Cuma bayar 2,8 Eu buat berdua naik Bergbahn, selain itu ga ada soalnya masuk ke menara Turmberg gratis. Hehehe, kaya di Eropa ya...

Monday, August 25, 2008

Melliskopf & Stausee

(di Stausee)
.
Weekend kemaren, 24 Agustus, kita sekeluarga plus keluarga Kamil jalan-jalan. Yah, maksudnya sebelum puasa yang akan datang kita sempetin jalan dulu. Supaya ga terlalu jauh, kita akhirnya pilih jalan ke daerah Schwarzwald (Black Forrest) deket Baden-Baden. Kira-kira satu setengah jam kalau naik kereta plus bis. Pencapaiannya juga cukup mudah kok. Keuntungan buat yang student, bisa pakai Semesterticket sampai sana, jadi nggak keluar ongkos sedikit pun. Lumayan kan?
.
(di Marktplatz Karlsruhe).
.
Kita berangkat jam 09.36 naik Straßenbahn sampai ke Marktplatz trus sambung naik Städtebahn 41 sampai Forbach. Kira-kira jam setengah 12 kita sampai di Forbach dan lanjut naik bis 263 sampai Stausee-Schwarzenbach Talsperre. Sebenernya sih tempat itu bendungan yang buesaar buangeeet, kaya Jatiluhur. Tapi kalo dipikir2 lagi, lebih besar Jatiluhur lah. Yang jelas pemandangannya ciamik, dari bendungan bisa lihat pemandangan sekitar Schwarzwald. Kita makan siang disana ala piknik trus lanjut ke tujuan berikutnya.
.

(Di Forbach)
.
Melliskopf sebenernya tujuan utama. Disana banyak atraksi buat segala umur. Mulai dari taman bermain buat anak kecil, ski lift buat winter, hiking di hutan, Kletterpark (taman manjat-manjat buat remaja dan dewasa), Bob-Bahn, dll. Nah, Bob-Bahn ini yang paling menarik buat kita. Semacam roller coaster, tapi track-nya ga seheboh itu, modul keretanya buat sendiri atau max. 2 orang. Bisa dikendaliin lajunya, direm atau digas. Jadi modul kereta ditarik naik ke bukit, terus dengan memanfaatkan gravitasi, dibuat jalur seluncurnya. Wiii... seru banget!! Lagipula harganya ga mahal kok.
.
Akhirnya setelah istirahat, kita pulang naik bis dari Melliskopf yang jam 15.53 ke arah Bühl. Dari situ kita naik Städtebahn lagi sampai Durlach Bahnhof, stasiun kereta yang dekat rumah. Dah deh, abis itu jalan ke rumah. Capekkk banget, tapi seneng. Rana juga seneng bisa main dan jalan-jalan. Alhamdulillah deh masih bisa jalan-jalan. Yowis, sampai jumpa!

Monday, August 18, 2008

17 Agustus!

(Perlombaan 17-an di Europahalle ala Karlsruhe)
.

Dirgahayu Republik Indonesia ke-63
Semoga menjadi lebih baik... amin!

Friday, August 8, 2008

Buku Cerita

Dulu waktu aku masih SD-SMP sekitar tahun 80-90an, aku sering baca buku. Bukan buku pelajaran maksudnya, tapi buku cerita atau serial sebagai hiburan di waktu senggang. Dari kelas satu SD aku dilanggani majalah BOBO, masuk SMP Kawanku. Masih inget ga? Selain itu aku juga sering pinjam buku cerita dari temen-temen sekelas, saudara atau tetangga yang baik hati. Mulai dari Mallory Towers, Girl Talks dan sejenisnya, Lima Sekawan, Sapta Siaga, STOP, Trio Detektif, Tintin, Nina, Asterix, dll. Surga banget deh bisa baca macem-macem buku. Waktu SMP-SMA sempet kenalan sama namanya Manga, mulai dari Dragon Ball, Marie Chan, Little Miss Modern (kalau ga salah), dll dll. Kan waktu itu baru mulai ngetrend tuh.
Nah, waktu pulang ke Indonesia tahun lalu, aku pengen cari buku cerita atau bergambar buat anak temen di Jerman. Secara buku di Jerman adanya pake bahasa Jerman gituh, jadinya pengen ngenalin dia buku yang berbahasa Indonesia. Sudah ngubek-ngubek beberapa toko buku di Jakarta Depok mulai dari Gramedia sampe yang di DBest, kok buku semacam Tintin gitu ga ada ya? Akhirnya aku tanya ke service, apa ada buku cerita petualangan semacam Tintin atau Asterix. Tau ga jawabannya? "Mmh, Tintin itu apa ya, Mbak?" Gubraaakkkk... Masa yang jualan di toko buku sampe ga tau majalan Tintin. Di Jerman, penjaga toko buku itu sangat tahu tentang buku-buku, apalagi yang mereka juga. Mereka bisa kasih saran malah. Istilahnya mereka kerja juga aus Leidenschaft alias karena kecintaan mereka sama buku. Nah, ini di Indonesia, kaga tau Tintin sama sekali??? Di Jerman aja masih ada kok. Ketahuan tuh, penjualnya jarang atau ga pernah baca buku. Mungkin karena jaman yang beda, ya? Tapi kayanya ga sekuno itu deh Tintin dkk. Ya ampyuun, itu buku-buku kan ga lekang dimakan waktu. Berarti anak sekarang bacaannya Manga tok, buku bergambar doang. Mana jiwa petualang yang bisa tumbuh kalau bacaannya Manga yang temanya ga jelas? Bukan berarti aku ga suka Manga, ada lah beberapa yang bagus aku suka. Tapi ga semua dong. Seleksi ya...
Entahlah, mungkin sudah dianggap kuno baca buku cerita petualangan semacam itu. Tapi yang jelas buku-buku itu bisa membangkitkan imajinasi dan rasa petualangan. Yah, semoga aja tar rana suka baca dan kaya imajinasi, bukan sekedar dari komik tapi juga hobi baca buku sekalipun yang tanpa gambar... =D

esmosi neh!


Kayanya sejak aku tinggal di Jerman, aku semakin gampang naik darah deh. Bukan gimana-gimana, soalnya aku paling nggak suka hal-hal yang nggak tertib dan merugikan orang lain. Waktu pulang ke Indonesia tahun lalu, rupanya aku lebih sensi dan lebih nyolot. Bayangin, pengamen di bis patas aku semprot gara-gara dia ngedumel ga jelas, seakan-akan dia nuduh kalau aku yang waktu itu lagi ngobrol sama Pupi, sodaraku, sambil aga bisik-bisik. Untungnya si Pupi ngingetin supaya ga usah dipikirin, soalnya pupi takut, kalau tu pengamen punya "backingan" dan takut-takut bisa ngapa-ngapain kita. Hayyo looo serem kan?!

Nah, di tahun-tahun awal di Jerman, kayanya aku baiiikk banget sama orang. Iya ajalah gitu. Suka nggak enakan atau ngalah deh. Tapi kayanya aku dah cape terlalu baik dan selalu ngalah sama orang, termasuk orang Jerman. Walaupun orang Jerman kebiasaannya masih lebih rapi dan teratur daripada orang Indonesia, tapi kadang aku sensi. Kulitku ini kan masih coklat walaupun sudah tiga tahun di Jerman, tapi ga luntur gituh. Nah, perasaanku sebagai "Ausländer" alias orang asing cukup kuat, selain karena warna kulit dan rambut, juga postur tubuh yang lebih kecil. Walaupun cukup banyak orang asing di Karlsruhe, seperti orang Turki, orang Afrika atau orang Italia, yang kadang merasa lebih keliatan menyolok, tapi tetep aja perasaan sebagai Minderheit (lawan dari mayoritas) menyergap.

Kalau ada peribahasa, "orang Jerman mah, mending duluin brantem mulut, baru ngaku salah, daripada ngaku duluan" (heheh, bukan peribahasa ya?) alias "pokoknya berani keluar pendapat dulu" itu benar halnya. Jadi, ga asing lagi kalau ada orang berargumentasi atau adu mulut di trem atau di mana aja. Nenek-nenek lawan anak muda yang berisik, ibu-ibu yang bawa anak lawan orang yang merasa terganggu sama tangisan anak orang, de el el. Berani karena (merasa) benar, deh! Nah, kayanya akhir-akhir ini itu yang aku kembangin. Maksudnya sih latihan supaya berani dan ga malu-malu lagi (malu? hehehe) dan ga mau ditindas lagi, karena aku (kadang ada hubungannya sama status kita yang Ausländer atau ibu yang bawa anak kecil, kadang juga enggak kok). Tapi kok jadinya malah nyolot banget ya? Udah gitu bahasa Jermanku juga masih kurang canggih buat ngomelin orang. Hehehe...

Minggu lalu, aku naik trem nomer 3 dari halte Werderstraße mau ke Kronenplatz, yang cuma empat halte. Kali itu aku bawa rana naik Kinderwagen, jadinya mesti lebih sigap dong, naikin Kinderwagen ke trem sebelum pintu trem nutup. Waktu aku naik, ada pasangan anak muda, yah sekitar 20 tahunan kurang lah, duduk di tempat yang harusnya buat Kinderwagen atau orang yang naik kursi roda. Terus dong aku bilang, "eh permisi ya," dengan harapan tu dua orang ngerti, soalnya orang biasanya ngerti dengan isyarat halus seperti itu. Eh, ni orang kaga ngerti kayanya. Yang cewek cuma narik kakinya dari posisi terjulur, sementara yang cowok teteup selonjoran. Bah, bete banget!!! Mana ga simpatik pula keliatannya. Yasu, aku akhirnya menempatkan Kinderwagen ke tempatnya, yaitu di depan dua orang itu. Aku berdiri. Kayanya sih, tu kaki cowok yang selonjoran sempet kena roda depan Kinderwagen. Tapi tak apalah, pikirku. Kayanya gpp deh.

Eh, tiba-tiba aku inget mesti turun di halte Mendelsohnplatz, dua halte sebelum Kronenplatz. Karena tiba-tiba dan kebetulan yang mau turun juga banyak termasuk anjing Dalmatian yang guede buanget ngendus-ngendus kaki, aku jadinya ikutan hektik. Dengan cepat aku tarik Kinderwagen mundur dan keluar, tapi ga sengaja kenain lagi deh kaki tu cowok. Yah, sbenernya juga aga sengaja deh atas bentuk protes gituh. Eh, tu cowok tiba-tiba ngedumel sama ceweknya, dia bilang "emang gw apaan nih", karena dengar tiba-tiba dia ngomel, aku jadi sewot, aku bilang "eh, mas, itu tempat buat Kinderwagen, lagi." Eh dia malah jawab, "iya, tapi kaki saya lagi sakit nih." Eh, lha kok ternyata emang begitu... Tapi belum selesai sadar kalau kaki dia sakit, aku cuma bilang dengan ga kalah ketusnya, "ya, sori-sori maap deh". Hehehe, ga niat ya? Abis itu aku baru sadar, kalau kakinya emang kayanya sakit. Tapi keliatan sih ga parah, wong ga pake kruk gituh. Lagian kan ada tempat buat orang sakit lagi, kenapa harus duduk disitu? Hehehe, dasar ga mau ngalah!! Kalau tau dia sakit mungkin aku masih ga sewot kaya gitu kali ya, tapi apalah daya, dah terlanjur kok. Bodo deh... Lagian kayanya kalai brantem disini mah ga diambil hati, asal nyeplos aja.

Wups, sori ya mas. Kali ini beneran. Kasian deh, kakinya sakit. Cepet sembuh, ya... Pelajaran deh, lain kali liat-liat dulu kondisi orang yang dilabrak gimana, sakit atau enggak, sebelum esmosi memuncak. Emang susah ternyata menyalurkan emosi dengan tepat. Pengennya sih jitu, gitu. Perlu latihan deh kayanya, dalam pemilihan kata. Ternyata ga segampang itu nunjukin emosi. Emang ga gampang kayanya. Sebenernya sih, kalau ga perlu ya ga usah, soalnya nyape-nyapein diri aja. Betul, ibu-ibu? Cepe deeeeh...

Monday, August 4, 2008

Avatar, der Herr der Elemente (versi Jerman)

Dah pada nonton Avatar, the Master of the Elements blom? Wadoh, harus nonton itu... Keren banget! Bermula dari beberapa minggu yang lalu, kita denger2 ada chapter 3 episode 18nya (lupa cerita ajah, jadi lama banget). Jadi langsung kita cari. Ya, happy end selalu ada, karena kebenaran selalu menang, lagian penonton kebanyakan anak-anak. Biasalah ada bumbu-bumbu film amerika (anak kecil kok ciuman?) Tapi bisalah hikmahnya diajarkan, kalau kekerasan itu pilihan terakhir, harus ada cara yang terbaik dan cerdik melawan kejahatan. HIDUP AVATAR!!! (Gini nih, yang ngefans banget ma Avatar). Dah, deh sebelum lebih banyak aku cerita, mending cari filmnya, ada beberapa sumber, seperti disini atau di Youtube (maaf ya, bukan original langsung beli dari sumbernya, cuma dari bocoran, tapi tetep oke kok. Lagian kan belum tayang gituh....)

Tuesday, July 29, 2008

individualis?

Seminggu yang lalu Keluarga Kamil, yang tinggal di lantai satu (bukan lantai dasar) tanya, apakah kita di atas (lantai 2) denger ribut-ribut malam sebelumnya. Kita bingung, maksudnya apa. Mereka cerita kalau malam yang dimaksud ada kejadian di kontrakan seberang mereka. Katanya sampai dateng polisi, ambulans, pemadam kebakaran yang ada crane-nya sampai keliatan kantong mayat. Hiii serem..

Ternyata keluarga Kamil pun sebenernya ga tau jelas, cuma denger ada yang ribut trus nangis2 keluar dari kontrakan seberangnya. Paginya yang punya rumah seberang gedung dimana kami tinggal tanya. "Ada apa tuh, tadi malem, jam setengah sebelasan. Kok heboh banget?" Yang ditanya juga ga tau. Nah, giliran kami yang ditanya, kami juga ga tau. Kita pun nggak ngeh, kalau sampai ada banyak kendaaan bersirene mampir di gedung kami. Padahal malam itu kami lagi nonton Monk, lho. Aku malah nyetrika baju, jadi ga yakin banget ga mungkin ketiduran. Apa kami segitu cueknya atau individualisnya sampe ga mau denger kejadian seheboh itu? Kayaknya sih enggak, soalnya disini tuh relatif damai dan aman, jarang kejadian. Jadi kalau ada, kami pasti ikutan penasaran.

Kenapa ya, kok kita sama sekali nggak ngeh akan kejadian seheboh itu? Kalau aku pribadi, karena cukup sering denger ambulans atau mobil polisi atau pemadam kebakaran lewat depan rumah, jadinya kurang sensitif lagi. Heheh, ga setuli itu sih, tapi bener deh, suaranya nyaring banget. Tapi karena jarang ada kejadian disini atau pertigaan depan rumah, jadinya sebodo teuing... Mikirnya kan, kejadiannya ga disini gituh. Saking seringnya jadi terbiasa denger suara senyaring itu.

Nah, kemungkinan kedua karena isolasi suara di gedung tempat kita tinggal ini lumayan okeh. Suara dari jalan kedengeran jelas kalau jendela dibuka atau di-kippen alias didongkrak keatas jadi bagian atas daun jendela terbuka. Nah, secara Jerman itu negara empat musim, jadilah karet isolasi ada dimana-mana, maksudnya paling enggak ada di jendela, supaya angin dingin ga masuk. Udah gitu gedung kita termasuk bangunan lama, yah kalau di Indonesia mungkin cagar budaya deh tapi masih boleh ditempati dan alih fungsi. Temboknya booo, tuebel buenerr... Mungkin karena jaman dulu belum ada sistem pemanas ruangan secanggih ini, ya. Jadi... kalau ditarik kesimpulan, rumah kita ini cukup kedap suara, dari dalam ke luar maupun luar ke dalam. Kecuali sumber suara dari dalam gedung. Besar kemungkinan (banyak ya kemungkinannya?) malam itu dingin, jadinya kita tutup jendela rapat-rapat (sommer kali ini banyakan dinginnya daripada panasnya).

Emang sih, orang disini relatif santai alias ga mau ikut campur urusan orang lain, kecuali sampai mengganggu ketertiban umum. Udah gitu belum tentu kita kenal tetangga kita. Tapi belum tentu orang disini idividualis. Sepertinya bagi mereka, cukup menjalankan kewajiban dan mengambil haknya. Jadi kemaruk juga enggak (kok malah beralih topik ya?). Niwey, maksudku disini orang nggak seindividualis itu, seperti anggapan kita kalau kita lagi belajar perbandingan antara dunia "barat" sama "timur". Mungkin maksudnya sederhana, ga mau bikin konflik dengan nyampurin urusan orang, kecuali terpaksa. Itu ajah.

Kesimpulannya? Apa ya? Oiya, jadi anggapan orang barat itu individualis ga sepenuhnya benar. Kali aja ada faktor lain yang menyebabkan orang itu jadi tidak tahu, yah contohnya isolasi jendela atau dinding yang tebal. Heheheh...

Thursday, July 24, 2008

hamil?

Wehehe... provokatif ya? Bukan kok, bukan aku yang hamil, orang lain. Ini mau cerita tentang anak muda disini. Mmh, beberapa hari yang lalu aku nonton berita di tivi Punkt 12, semacam Liputan Siang gitu, yang ceritain tentang sepasang muda-mudi yang baru 11 tahun, masih sekolah lah. Nah, disitu ibu si cewek cemas karena anak gadisnya yang masih kecil itu sudah terlalu "matang" (hehehe emangnya buah, bisa dibilang matang?) Ibu itu takut kalau putrinya hamil, karena pasangan muda-mudi tadi sudah melakukan hubungan suami istri tanpa menyadari resikonya (hamil, kena penyakit kelamin bahkan AIDS, dll). Umur sebelas boooo! Di Indonesia kan itu masih SD ya.
.
Tadinya itu ibu merasa masih dalam daerah aman, karena menurut survey rata-rata anak muda di Jerman melakukan sex pertamanya umur 14 tahun, tapi itu kan cuma survey, ya? Mana tahu... Akhirnya ibu, anak gadisnya dan pacarnya pergi konsultasi ke yayasan yang sering menangani masalah keluarga. Solusinya tu anak gadis dikasih resep buat beli pil sebagai langkah pencegahan. Sebagai catatan aja, kalau disini gadis bawah umur boleh dapetin pil atau alat kontrasepsi lainnya secara gratis. Mmh, mungkin solusi yang lebih cocok disini (baca: Jerman), karena ga mungkinlah tu anak gadis disuruh putus ma pacarnya, yang ada malah kabur atau yang lain-lain. Berabe rek!
.
Cerita lain tentang rekan kerja di Cafe. Rata-rata tiap perusahaan segala jenis bidang usaha buka lowongan praktikum. Nah, di Cafe saat ini ada beberapa praktikantin, salah satunya yang sering ketemu adalah Christina. Kalau nggak salah, dia masih sekolah (semacam SMK gitu lah) dan baru selesai ujian praktikumnya, jadi kurang lebih 18-19 tahun. Waktu itu aku pernah mikir, kalau orang jerman (perempuannya) banyak juga yang ga jaga bodi. Entah Obesitas atau emang dari kecil terbiasa hidup tidak sehat, jadi belum hamil dan melahirkan pun dah kaya ibu-ibu. Waktu itu aku mengacu ke Christina. Eh ternyata kemaren dia bilang, dia hamil! Walah-walah.. Heheh, lucunya karena aku mendadak panik. Padahal biasa aja kali yee, lha wong aku bukan siapa-siapanya dia. Ya ampyun, umur segitu kan belum kuliah atau kerja. Belum nikah. Tapi mungkin hidup sama pacarnya ya. Trus gimana dong hidupnya? Mungkin aku selalu ngeliat dari kacamataku sendiri, dengan kebiasaanku, dengan standarku, dll. Aku ga kebayang, gimana ya kelanjutannya. Sekarang sih dia masih kerja di Cafe bagian Konditorei, jadinya ga terlalu berat secara fisik. Tunggu aja bulan Januari tahun depan.
.
Kalau sekarang dah punya anak perempuan gini, jadi makin berasa. Gimana membekali dia buat masa depan, apa-apa aja yang diperluin, dll dll.
Serem bo... Amit amit deeehhh... Hiiii...

Wednesday, July 16, 2008

Cerita dari Simon tentang demam berdarah di Jakarta:
.
it's okay, jd begini..auuuu...
dbd jaman skrg lebih canggih. tanda2nya ga lagi bintik merah kulit. awal miggu lalu nyokab gw mulai demam. badan lemes bgt n susah kemana-mana alias bedrest. badan sakit bgt kayak digebukin kata doi. trus pas dicek kedokter belum yakin dbd. panas, plus maag, ga napsu makan. jadilah muntah2 tp ga ada yg keluar. katanya nyokab lebih sengsara. gara2 ngeden mulu tp ga ada hasil. cuaapee bget rasanya.. dokter belum yakin dbd soalnya pas di cek di tangan ga ada bintiknya. akhirnya diusulin cek trombosit. barulah ketauan dalam 3 hari berturut trombosit turun terus. tapi anehnya hari kedua nyokab udah merasa baekan. kaya orang sehat gt. nah disini bahayanya.. untungnya walau merasa sehat, nyokab sempet kedeteksi trombositnya turun dan langsung di opname. selidik punya selidik, akhir2 ada beberapa orang yang setelah merasa sehat, kembali beraktivitas spt biasa. tanpa mereka sadari trombosit mereka turun terus. bahayanya langsung fatal. ketahanan tubuh ga ada. katanya kasus anaknya..aduh siapa ya..ibu psikolog deh..anak perempuannya meniggal gara2 dbd. padahal dia ngelihat udah baikan.
.
Saat ini mamanya dah sembuh & pulang dari rumah sakit. Thanks for the info, ya mon!

Wednesday, July 9, 2008

ke luar kota (2)

(Rana di kereta)

Hari Minggunya kami berangkat dari Goddelau naik kereta ke arah Mannheim yang jam 13.41. Beli tiketnya nggak bisa di Reisezentrum seperti biasa, karena emang ga ada loketnya. Jadinya beli di Automaten (mesin karcis). Kalau kemaren beli tiket 14,60 Euro dengan judul dari kota Bad Schönborn-Krönau sampai Riedstadt-Goddelau, sekarang beli dari Riedstadt-Goddelau sampai Waghäusel dengan harga 12,80 Euro. Kenapa begitu? Karena lebih murah. Aku naik kereta yang beda waktu berangkat pulang pergi (naik RB-Regional Bahn atau naik S3). Kalau saja Goddelau termasuk negara bagian Baden-Württemberg (BW), bisa aja aku pakai tiket BW Single cuma 17 Euro tapi bisa kemana aja di BW seharian. Karena diluar BW alias di Hessen, perlu WET (Wochenende Tickets) yang harganya 35 Euro buat berlima berlaku seharian. Karena aku sendiri (anak dibawwah 6 tahun masih gratis), rugi dong. Jadilah aku gunakan tiket semesterku yang berlaku sampai Zona Tujuh, artinya kalau ke Mannheim aku bisa pakai sampai di kota Waghäusel (kalau naik RB) atau Bad-Schönborn-Krönau (kalau naik S3). Kalau tiket aslinya dari Karlsruhe berharga 17,40 Euro, ini bisa berkurang sampai 5 Euro lebih murah. Bukan pelit, ya, tapi ekonomis. Emang mesti pandai berhitung deh...
.
Kali ini rana dah ngantuk waktu berangkat, maklum dia baru aja makan banyak sampai kenyang. Naik kereta dibantu Mba Uli dan Pakde. Akhirnya kita duduk di gerbong yang lumayan kosong. Sampai di Mannheim kita sebenernya bisa pilih, mau naik S3 atau RB, tapi karena dah beli tiket yang jurusan RB, jadilah kita nunggu kurang lebih 20 menit. Untung banget rana tidur, jadinya waktu banyak orang naik kereta bawa sepeda dan pake rebutan tempat, rana ga ikut ribut. Itu biasa banget di gerbong ini, karena banyak orang yang merasa gerbong buat sepeda atau kereta bayi ini bisa buat semua. Betul, tapi itu kalau ga ada sepeda, kereta bayi atau orang yang pake kursi roda. Kalau ada, haruslah didahulukan dan yang lainnya cari tempat duduk di gerbong lain yang padahal jumlahnya lebih banyak. Dasar orang mau enaknya sendiri. Ga berasa apa, kalau bawa kereta bayi atau sepeda jatahnya lebih sedikit dan lebih repot?!!! (ceritanya sewot nih).
.
Rana bangun waktu kita lewat kota Schwetzingen, yang terkenal dengan Schloss-nya (puri). Akhirnya rana aku dudukin di kursi kereta & ngajak ngobrol atau baca buku. Pokoknya lagi manis banget deh dia. Pfuih.. sampai juga di Karlsruhe Hbf. Supaya lebih cepat kita cari kereta yang langsung dari Hbf lewat Karlsruhe-Durlach, cuma 5 menit. Kalau kita naik trem kota, lama banget, bisa sampai satu jam soalnya hari Minggu. Sempet kita nunggu kereta yang salah, tapi untung masih kekejar kereta ke arah Stuttgart. Di Stasiun Karlsruhe-Durlach dah ditunggu Guntur, jadilah kita bertiga jalan sampai rumah. Home Sweet Home...

di luar kota


Hari Sabtu di rumah Mba Uli itu akhirnya diputuskan dengan menginap. Alasannya karena perjalanan lumayan melelahkan, Guntur perlu konsentrasi di rumah, belum puas ngobrol-ngobrolnya. Rumah Mba Uli bagus! (Ini komentar orang awam ya, yang dah lama ga liat rumah besar yang pake pekarangan) Mungkin kalau di Indonesia lebih-lebih Pondok Indah termasuk biasa, tapi buatku yang dah lama tinggal di flat kecil seiprit tanpa halaman dan ngontrak, rumah Mba Uli sendiri (dah hak millik) yang 3 lantai (termasuk lantai dasar) tambah semi basement plus halaman, itu dah top deh! Perabotan ala Indonesia plus dapur yang praktis bikin betah. Hehehe, bukan maksudnya mau masak melulu, tapi hati juga nggak ngerasa berdosa banget ga bisa banyak bantuin, karena kalau banyak piring kotor, tinggal masuk Spüllmaschine (mesin cuci piring), nggak ngerepotin. Enaknya...
.
Rana betah banget, selain banyak mainannya Bang Christopher, anak Mba Uli yang baru 10 tahun, halamannya bisa buat main. Rana kan lagi seneng main bola, jadilah klop sama Bang Christopher yang jago bola. Pakde Jurgen, suami Mba Uli, lagi keluar kota, jadi belum bisa kenalan. Sorenya abis makan malam jalan-jalan ke Alt-Rhein, sungai Rhein yang asli berkelok-kelok. Baru sebentar kita pulang, soalnya nyamuknya galak bo! Paling sempat jalan-jalan sebentar di kota yang kecil, yang lebih tepat disebut desa, atau belanja ke ALDI.
.
Pulang dah jam 8 malam, abis itu liat rana main bola sama si Abang trus bobo deh. Aku sih begitu rana tidur, bisa mandi dan nonton VCD sama Bude Kalit. Yah, rana terbangun beberapa kali dan nangis. Dia bingung lagi dimana dan ibunya ga ada, jadinya deh dia nangis. Hehehe... kasian. Ga enak juga sih, kalau sampai bangunin satu rumah.
.
Minggu paginya rana main bola lagi dan tidur pagi lagi. Akhirnya setelah makan siang, kita pulang. Setelah cek di internet jadwal perjalanan, aku berkemas. Jadwal kereta jam 13.41 dari Goddelau dan kita berangkat sekitar jam 13an. Malah dibawain buku cerita banyak buat rana yang lagi hobi baca buku. Buanyak banget... Makasih ya, Mba Uli, Bude dan Pakde. Juga buat Bang Christopher yang baik banget sama rana, walaupun ga pede ngomong bahasa. Hehehe... It was nice! Ciao Leeheim, bis zum nächsten Mal...

ke luar kota (1)

(Nongkrong di Bahhof)


Sesuai janjiku ke Mba Uli, aku dan rana pergi ke Riedstadt (Leeheim) hari Sabtu pagi. Rencana mau ketemu Bude dan Pakde Simanungkalit, orang tua Mba Uli, yang lagi berlibur di Jerman. Sebenarnya aku males banget pergi cuma berdua keluar kota tanpa Guntur, tapi bagaimana lagi, daripada ditunda-tunda terus dan malah nggak jadi-jadi. Guntur akhir minggu itu lagi sibuk ngerjain PRnya yang harus dikumpul Selasa. Kalaupun pergi, itu juga karena terpaksa. Macam aku pulang tahun lalu ke Indonesia cuma berdua sama rana yang usianya baru 4 bulan. Kebayang ga sih? Sebenernya sih nggak papa juga, tapi kalau anaknya model yang lincah dan ramai bisa heboh satu pesawat. Belum lagi kalau harus makan, harus ke WC, harus ganti popok, dll dll. Capeknya itu loh! Akhirnya sih sampai juga, lha wong pake niat sekali. Hehehhe...
.
Hari itu, Sabtu, 5 Juli, aku dan rana berangkat dari Karlsruhe-Durlach ke Mannheim dulu, lalu ambil kereta ke arah Frankfurt dan turun di Riedstadt-Goddelau, kota yang paling dekat dari rumah Mba Uli di Leeheim. Berangkat naik kereta jam 09.33 sampai di Goddelau jam 11.28. Yah, sekitar kurang dari 2 jam lah. Kalau naik kereta di Jerman memang lebih enak dan nyaman daripada naik kereta di Indonesia. Yah, kereta yang kunaiki ini mirip KRL Pakuan kelas bisnis lah.
.
Di kereta Jerman selalu ada tempat untuk orang yang diffable orang yang bawa kereta bayi, dan orang yang bawa sepeda. Tapi untuk tahu tempatnya di rangkaian gerbong kereta perlu berkali-kali. Nah, kali ini aku dah tau dimana gerbong itu, biasanya di kereta DBahn yang cukup baru letaknya paling depan (belakang lokomotif) atau gerbong rangkaian paling belakang. Itu juga kadang mesti kuat bertahan (baca: siap-siap berantem) dari orang-orang yang nggak tau diri atau pura-pura nggak tahu. Kalau kereta model lama, tempat-tempat itu selalu ada di tiap gerbong satu tempat duduk yang bisa diangkat, jadi kereta bayi bisa parkir disitu. Tapi kekurangannya naik ke keretanya selalu butuh bantuan, karena pintu masuknya sempit dan selalu berundak, karena keretanya lebih tinggi dari peron - kaya kereta di Indonesia. Jadi siap-siap nangkring di tempat dimana ada orang yang juga nunggu kereta. Untungnya orang disini relatif selalu siap sedia bantuin orang yang butuh pertolongan, seperti aku yang bawa kereta bayi sendirian.
.
Perjalanan berjalan alhamdulillah relatif lancar. Rana mulai ngantuk ditengah perjalanan, jadi aku bisa lebih tenang. Aku sih dah siap-siap bawa peralatan tempur, kalau-kalau rana bosen di jalan. Sebelum rana pengen jalan-jalan di kereta, yang mana bikin aku cape ngikutin dan megangin karena kereta suka oleng dikit, aku biasanya keluarin buku cerita atau mainan. Kalau ga berhasil keluarin makanan atau minuman. Kali itu rana ga perlu terlalu banyak makanan atau minum, cukup anggur aja. Turun di Mannheim aku langsung ke peron berikutnya. Lagi-lagi disini tersedia fasilitas buat orang yang terbatas untuk naik turun dan pindah peron tanpa pertolongan orang lain, antara lain pake lift atau kadang pake ramp (yang ini aku sebel banget, soalnya sering rampnya terlalu curam, sempit dan pendek, maksa banget, yang akhirnya tetep butuh bantuan orang juga).
.
Akhirnya sampai di Goddelau, aku ketemu Mba Uli. On time. Pas turun aku dibantu suami istri yang kebetulan bawa kereta bayi juga, jadi dia senasib juga. Di Jerman ini verboten alias dilarang bawa anak kecil di mobil kalau tanpa kindersitz alias tempat duduk bayi. Karena Mba Uli dah nggak punya lagi dan aku nggak bawa pula, akhirnya rana aku pangku duduk di belakang. Mungkin karena kota kecil, jadinya nggak terlalu khawatir ketauan polisi. Heheheh... Lima menit perjalanan dengan mobil, akhirnya kami sampai di rumah Mba Uli deh...

Tuesday, July 8, 2008

mami?

Ini cerita tentang Rana sebenernya, yang akhir2 ini cukup banyak ngoceh. Dia tuh sering ngocehtanpa arti, yah masih bahasanya sendirilah. Baya2, baba, baela, mama sama mami. Nah, yang terakhir ini sering banget disebut-sebut. Mama dia sebut kalau mau minta minum. Kayaknya sih dia terinspirasi Jasmin, 23 bulan, yang memang panggil ibunya mami. Sekarang rana kalau panggil aku seringnya mami, walaupun dia juga sering bilang mami kalau minta sesuatu. Dia bisa panggil ayah, tapi ga bisa ibu. Susah kali ye... Mami lebih gampang. Tapi aku kan bukan bule bo... Ibu aja deh... ^_^

Wednesday, July 2, 2008

I N T I S A R I

(Si Ninja Inti, waktu dia dulu TBC - sekarang dah sembuh)

Ini cerita tentang seseorang yang cukup berjasa di keluarga kami. Panggilannya sih cukup Inti dari nama lengkapnya Inti Sari. Mmh, nama yang bagus bukan? Singkat padat bermakna. Tulisan ini didedikasikan untuk dia, yang sekarang sudah tidak bekerja lagi pada kami.

Alhamdulillah sejak aku kecil sampai sekarang, asisten rumah tangga ibuku jarang berganti. Rata-rata awet semua, walaupun si bapak cukup cerewet dan banyak request. Tapi mereka semua yang sempat bekerja pada kami baik-baik. Peran mereka banyak dalam kelangsungan dan kelancaran keluarga kami. Kalau nggak ada mereka, mungkin ibuku harus menghabiskan banyak waktu di rumah dan ga bisa kerja di luar seperti selama ini. Mereka yang kuingat, Mbok De, Yu Daliah, Yu Umi, Yu Prapti, Acih, dan Inti. Hebat loh mereka. Sebagian dari mereka mulai dari nol dalam urusan rumah tangga sampai akhirnya bisa diserahin kepercayaan ibuku.

Nah si Inti ini mulai dari umur 15 tahun bekerja di rumah. Bukan maksud kami memperkerjakan anak di bawah umur, tapi bagaimana lagi kalau kedua belah pihak sama-sama butuh? Yang penting tidak sampai merampas kebebasan individu dan hak azasi manusia. Inti ini sepupunya Acih, asisten kami sebelumnya yang pulang karena mau kawin tapi ternyata tidak jadi, hehhehe... Pada awalnya Inti belum bisa masak, kenal bumbu juga nggak semua. Sampai dalam kurun waktu enam tahun dia di rumah kami, dia bisa menguasai semua jenis masakan yang ibuku ajarkan. Masakan rumah sampai kue kecil. Dia juga cukup kreatif buat coba-coba resep. Yang jelas, dia jujur & bukan pemalas.
Adalah waktu-waktu dimana dia mulai bosan, mungkin kelamaan kerja di rumah kami ya? Tapi akhirnya tetep kerjanya baik. Dia nggak suka ngeceng macam asisten rumah tangga tetangga kami, dia lebih suka di rumah atau ikut ibu jalan belanja. Lebaran dia nggak pulang kampung, jadinya dia di rumah buat bantu-bantu kami. Dia keluar rumah untuk belanja atau untuk pulang ke rumahnya di Depok atau sesekali pulang kampung ke Kuningan. Anak berbakti deh. Dia akhirnya beli HP setelah sekian lama kerja dan itupun dia masih menghidupi keluarganya. Dia punya pacar setelah 4 tahun bekerja di rumah. Itu pun baik-baik dan diketahui ibu bapak di rumah. Pertama tukang roti, kedua pekerja di sekolah ibu dan sekarang nggak tau lagi. Heheh...

Sekarang dia dah nggak kerja di rumah lagi, tapi kadang masih dipanggil kerumah. Terutama kalau ibu lagi keluar kota atau butuh bantuan buat acara-acara di rumah. Yah, asisten yang sekarang kerja di rumah ABG banget gayanya, katanya sih centil, belum bisa dipasrahi yang penting-penting. Yah, mungkin karena kita keenakan dibantu si Inti, ya? Tapi kita seneng, karena Inti pernah bantu kita. Dia sekarang kerja di Lapo di daerah Depok, karena bisa pulang ke rumah setiap hari. Tapi ya mungkin gajinya nggak sebesar sebelumnya. Yah, yang penting si Inti bisa seneng lah...
Hidup Inti! Trimakasih ya, dah dibantuin selama ini. Juga buat Yu-yu sebelumnya. Kalau perlu rekomendasi, bisa kok aku kasih!
Leb wohl!

Sommerzeit

Kalau masih Winter, yang paling ditunggu adalah saat musim semi (Frühling) atau bahkan Sommer. Biasanya mendekati waktu-waktu itu kalau ada matahari sedikit bersinar, berjemurlah orang di taman atau kafe-kafe yang ada terasnya. Yuppi...

Tapi sepertinya orang lupa sejenak, kalau musim panas tidak 100% menyenangkan. Yah, buat manusia dari daerah tropis dan sekitarnya, pasti seneng banget. Tapi tunggu aja sampai hoch-Sommer yang artinya puncak dari segala puncak musim panas. Hahahah, bakal kering deh kita. Jangan bayangin kalau kita manusia tropis bakal dengan mudahnya beradaptasi disini. No way deh! Lupa ya, kalau di daerah empat musim ini udaranya kering? Apalagi Karlsruhe, yang curah hujannya cuma 400 mm setahun dan kelembaban kira-kira 10%. Nah, di Indonesia curah hujan bisa dua kali lipatnya dan kelembaban bisa sampai 80-90%. Gimana?

Kalau suhu udara masih 20-25 derajat Celcius sih, masih oke. Apalagi ditambah angin sepoi-sepoi lebih oke, selama tanpa hujan, serasa di daerah puncak lah. Enakkan? Yah, kalau pake gerimis sedikit, mmh membantu kulit kita untuk lebih lembab sedikit. Kalau kata Frau Kröne, kolega di Cafe Kerhle, kelembaban sedikit bagus buat taneman, yah secara dia suka bercocok tanam gitu loh.
Emang, disini kalau musim panas, banyak bunga-bunga bermekaran, terutama bunga mawar. Selain itu musim panas memberi kesempatan buat anak-anak main di taman. Pelepasan dan relaksasi dari kungkungan rumah yang kecil alias terbatas. Kalau musim panas, banyak yang sekedar berjemur di taman atau sekalian piknik. Banyak kafe atau restauran yang buka terasnya. Toko kaus kaki dah berubah jadi toko es krim. ^_^ Kalau Sommer, subuh jam tiga pagi, magrib jam setengah sepuluh malem, isya jam dua belas kurang. Hehehe, puasanya gimana ya?

Nah, kalau suhu sudah mencapai 30 derajat bahkan lebih, rasanya... gile banget. Kaya di panggangan. Apalagi yang di gurun ya? Orang bisa dehidrasi dengan mudahnya. Sekarang kemana-mana bawa minum. Paling enak jalan-jalan pake bis aja, jangan pake trem. Kenapa? Karena bis dilengkapi AC, ya AC, dan trem enggak! Panas, sinar matahari menerjang masuk melalui kaca yang lebar di trem, bukaan jendela minim cuma setinggi jendela kamar mandi di Indonesia, orang-orang keringetan. Bisa agresif ga sih, apalagi kalau ada anak kecil yang jerit-jerit karena kepanasan? Yah, begitulah sommer disini... Tapi, nikmati aja deh, sebelum musim dingin datang.

Monday, June 30, 2008

bola oh bola...

(Rana ikut meramaikan suasana EM)

Kemaren liat final EU-Cup ga? Disini namanya Europa-Meister (EM), alias juara Eropa. Mmh, sejak Jerman masuk perempat final World Cup/Welt-Meister (WM), kayaknya rakyat Jerman kepengen banget jadi juara EM ini, PD banget deh. Semua pada antusias kalau Jerman bakal menang kali ini. Pokoknya suasana jadi asik banget, menyenangkan. Apalagi kalau abis menang. Di tempat kerja rata-rata orang lebih santai tapi produktifitas kerja naik. Malah kadang ada kantor-kantor yang bolehin pulang kerja lebih cepet dari biasa, demi bola. Kan kalau gitu asik ya, buat kita? Hehehe....

Kalau suasana di Cafe/Konditorei Kehrle, tempat kerjaku, lebih menyenangkan lagi. Suasana EM terlihat di bendera-bendera kecil yang dipajang di etalase toko, coklat atau praline bertema bola & bendera negara yang berlaga pun ada. Selain itu pemiliknya pun sang Konditormeister suka bola, jadinya kadang nyuruh kita kerja cepet-cepet kalau waktu tutup toko supaya nggak ketinggalan nonton bola nantinya. Padahal sih rumahnya diatas toko gitu. Hehehe... nggak papa deh, yang penting ceria. Efek sampingnya pengunjung Cafe pun nggak banyak. Jadi cucian piring pun nggak melimpah. Menyenangkan bukan? Iya, asal jangan keterusan. Soalnya kalau nggak banyak cucian piring gelas, aku harus beres-beres rak dan laci-laci. Itu mah sama aja kali... =D Nggak papa deh sesekali. Kapan lagi sih, ngalamin WM dan EM di negara yang ikut berlaga.

Entah gimana suasana hari ini, soalnya tadi malem Jerman kalah. Mmh, biasanya sih orang agak murung, tapi semoga ga lama. Lagi pula masih ada yang gembira, paling nggak dah hebat bisa final. Mungkin dua tahun lagi di WM bisa jadi juara?! =D

Bravo Deutschland!

Thursday, June 26, 2008

cuma ujian

pesan ibu buat rana nanti,
"itu semua cuma ujian. ujian... itu berarti ada awal dan akhirnya, besar atau kecil, lamaaa sekali atau secepat kilat. mungkin yang kita lihat, dengar, atau rasakan bukan yang kita inginkan, atau mungkin juga kita salah atau keliru, hanya melihat rupa luarnya tapi tidak bisa menangkap maksud dibalik itu. tidak ada manusia yang sempurna, tapi bukan berarti tidak boleh berusaha untuk menjadi sempurna. berusahalah, jangan terlalu cepat menyerah. kata "sabar" jadi kata yang sering diucapkan dan mungkin memang sebaiknya bersabar, dan bisa saja jadi sebal atau kesal sendiri karena orang selalu bilang untuk bersabar, ya karena bukan mereka yang menjalani. tapi mungkin bisa menjadi semangat. semoga rana bisa kuat dan diberi sabar. insya Allah rana jadi anak yang baik. amien..."

Sunday, June 15, 2008

selamat jalan...


Innalillahi wa inailaihi rojiun,
Telah meninggal bapakku Soedijono, usia 85 tahun, Minggu, 15 Juni 2008.
Semoga Allah mengampuni dosanya, memberikan pahala dan tempat sebaik-baiknya di sisi Allah SWT. Amien...

(Leider kann ich nicht da sein)

Wednesday, June 11, 2008

"Katara, du bist ein Genie! Ein stinkendes schwitzendes Genie!"
(Zitiert nach Toph in Avatar, Buch 3 Kapitel "Combustion Man")

Thursday, June 5, 2008

telah lahir...

Telah lahir, ELDI AHSAN ALAMGIR, 03 Juni 2008, putra pertama Didot & Ely. Selamat ya! Semoga Eldi sehat selalu, cepat besar dan selalu dalam lindungan Allah SWT, amien.. Smoga orang tuanya diberi kekuatan, kesabaran dan kebahagian dalam membesarkan Eldi, amien lagi...

Herzliche Glückwünsche!

Salam dari Karlsruhe,
bude rini, pakde guntur, rana!

mie ayam fisip

Ini Mie Ayam Pangsit Kantin FISIP, UI yang sekarang jadi Kantin Yong Ma. Rasa sih standar, cuma waktu itu lagi laper aja. Yang jelas makan di FISIP bukan karena makanannya, tapi karena suasananya. Kantinnya waktu itu baru dibangung, brand new karya Pavilion '95. Yah, sekarang berarti kurang lebih 5 tahun... Kapan ya, bisa makan disana lagi...

Wednesday, June 4, 2008

it's nice to have someone to talk to...

(Me and my bestfriend, Budi)

Budi ini teman baikku sejak kuliah. Kok kita bisa matching gini, ya? Heheh... Punya anak yang lahirnya cuma beda 3 minggu bikin kita punya topik baru buat diobrolin. Ya, kaya ibu-ibu gitu deh, secara juga kita dah memasuki babak baru dalam kehidupan kita. Yang jelas baru aja kita chatting. Cukup lama sejak terakhir kali kita ngobrol. Yah, obrolan ringan yang cukup menghibur. Mulai dari stress menghadapi anak...


(Topik kami : rana & dania)

B: waduh, rana ngapain lagi bu? sampe stress gitu? sabar bu...namanya juga anak2... hehehe... padahal gw juga sering stres!
B: tadi aja dania abis makan tanah...hehehe...biasanya cuma dikorek2 doang, ga tau ceritanya tiba2 pembantu gw udah liat dia makan tu tanah...mo marah gimana...udah ketelen tu tanah... hehehe,....
budi budi: emang umur2 segini kayanya tu anak2 mulai menunjukkan kebisaannya ya...bisa bikin ortunya makin stress...hhehehe...

R: hai bud.. seru nih ceritanya. emang kl lagi kitanya lagi sensi, jadi gampang marah. kl gw mulai marahin rana & sampe teriak, gtr langsung gantiin gw. tapi sering jg gtr yang spanneng, gantian jg. mesti gt kali ya? kl ga putus sarafnya. heheheh...
R: emang lagi waktu2nya buat ngejalanin disiplin. kl soal makan di meja kita sih nggak. ga ada meja makan, tapi plg ggak dia makan d high chairnya. kl sarapan wajib, kl maksi ma tante niero. kl makan malem dah sama gtr, gw br pulang kerja soale
B: gitu deh enaknya punya anak.
B: yup.. jadi siapa pengen punya anak banyak tanpa pembantu? hahhahaa


Lalu berpindah ke topik lain,

R: yang lg gw sebel, nyuci bajunya rana. biar pake mesin cuci, tetep aja mesti dikucek atau direndem sebelumnya. baru ganti baju, eh ga sampe sejam dah belepotan lagi. heeeehhh sebel
B: sabar bu....
R: yah, sebenernya sih salah yang ngasih makan, ga ati2... atau ga pake bib. tapi sudahlah... cucian tetep aja menumpuk... hahahaha
B: gw aja kadang kalo lagi males nyuci, noda2 dibaju-celana dania ga bener2 gw ilangin. jadi pas dipake lagi...keliatan deh...
B: abis, bersih2 juga besok kotor lagi
R: iya, abis nodanya kan macem2.... buah, makanan, coklat, susu, muntah, mpup... apalah itu.. kadang ada baju yang gw buang. abisan hampir semuanya kena. biasanya sih yang bekas pup atau muntah. kan cape ngucek tetep aja ga kinclong 100%
B: ga ada bayclin bu?hehehe

Ke topik lain lagi,

B: eh iya gw lagi bingung neh
R: bingung apa?
B: besok ada cara seserahan sepupu gw mo nikahan. nah calon cewenya itu lagi kena tampek. dania kan udah ya imun campaknya, tapi kan kudu diulang sama mmr pas 15bulan. rencananya mau suntik pas minggu
masalahnya sabtu ini acara nikahannya. ngerinya tu cewenya sepupu gw belom sembuh tampeknya, takut dania ketularan. bakal ketularan ga ya bu?
R: mmh, gw sih ga tll tau. yang gw tau sih kl abis imun cacar jangan deket2 yang cacar, bs ketularan. tapi kl campak gw belom pernah denger sih. dokter dania masih dideket rumahlo?

Trus...

B: hehehe...bener kan, biar irit. disini sekitar 300ribu bu kalo cacar
R: doelaaah mahal yaaak
B: yup! moga2 aja dania masih ada imun campaknya
R: untung aja asuransi gw asuransi standar, bukan yang swasta. jadi langsung dibayarin, gw ga perlu terima bon & bayar dulu. kl swasta gt, terima bon bayar, baru diganti ma asuransi.
...
R: tapi yang ke-2 disuntik kemaren, krn lagi ada wabah disini. jadinya disuntik tanpa nunggu 14 bulan. gw jadi bingungin lo ya? sori
B: mmmm..iya neh. jadwal sono sama sini beda seh!
R: kayakya sih sama deh, tapi stelah konsultasi ma dokter akhirnya malah dicepetin. ya itu, kan waktu itu mo balik
B: soalnya kalo disini ulangan mmr tu umur 4-6 taun bu. nah kalo lo cuma beda berapa bulan gitu...
R: oiya hehehe
....
B: rana udah sampe mana imunnya? hep A belom?
R: blom, ga ada di jadwal wajib. itu kapan?
B: minimal 2taun
R: cuma hep b
B: bukan daerah endemi kali. influenza? pneumokokken?
R: hib/influensa udah sama dpt polio. pneumokokken dah bareng mereka
B: beda bu hib sama influenza

Ganti lagi...

B: eh lo taun depan bu baru balik? ga dateng dong kawinannya abam? kokoh katanya taun depan tuh!
R: enggak kok. kayaknya tau ini deh. tapi ga secepat itu. pengennya malah april kemaren... dah kangen gw. salam ya buat si abham. lucu juga undangannya... moga2 gw bisa dateng kawinannya kokoh
B: kangen ma sapa?
R: sama somay, bakso, es cendol, es campur, pempek, hokben, kfc, a&w
.....
R: disini mah babi bersih bud! ibel2 gt deh
B: hehehe....jijay!
B: eh gtg neh, dania bangun dan ngompolin kasur...
R: oce, sun ya bwt dania
B: daaaaaahhhh...
....
B: dadaaadadahhh
R: daaaaaaaaah
budi budi has signed out. (04.06.2008 1124)