Tuesday, July 29, 2008

individualis?

Seminggu yang lalu Keluarga Kamil, yang tinggal di lantai satu (bukan lantai dasar) tanya, apakah kita di atas (lantai 2) denger ribut-ribut malam sebelumnya. Kita bingung, maksudnya apa. Mereka cerita kalau malam yang dimaksud ada kejadian di kontrakan seberang mereka. Katanya sampai dateng polisi, ambulans, pemadam kebakaran yang ada crane-nya sampai keliatan kantong mayat. Hiii serem..

Ternyata keluarga Kamil pun sebenernya ga tau jelas, cuma denger ada yang ribut trus nangis2 keluar dari kontrakan seberangnya. Paginya yang punya rumah seberang gedung dimana kami tinggal tanya. "Ada apa tuh, tadi malem, jam setengah sebelasan. Kok heboh banget?" Yang ditanya juga ga tau. Nah, giliran kami yang ditanya, kami juga ga tau. Kita pun nggak ngeh, kalau sampai ada banyak kendaaan bersirene mampir di gedung kami. Padahal malam itu kami lagi nonton Monk, lho. Aku malah nyetrika baju, jadi ga yakin banget ga mungkin ketiduran. Apa kami segitu cueknya atau individualisnya sampe ga mau denger kejadian seheboh itu? Kayaknya sih enggak, soalnya disini tuh relatif damai dan aman, jarang kejadian. Jadi kalau ada, kami pasti ikutan penasaran.

Kenapa ya, kok kita sama sekali nggak ngeh akan kejadian seheboh itu? Kalau aku pribadi, karena cukup sering denger ambulans atau mobil polisi atau pemadam kebakaran lewat depan rumah, jadinya kurang sensitif lagi. Heheh, ga setuli itu sih, tapi bener deh, suaranya nyaring banget. Tapi karena jarang ada kejadian disini atau pertigaan depan rumah, jadinya sebodo teuing... Mikirnya kan, kejadiannya ga disini gituh. Saking seringnya jadi terbiasa denger suara senyaring itu.

Nah, kemungkinan kedua karena isolasi suara di gedung tempat kita tinggal ini lumayan okeh. Suara dari jalan kedengeran jelas kalau jendela dibuka atau di-kippen alias didongkrak keatas jadi bagian atas daun jendela terbuka. Nah, secara Jerman itu negara empat musim, jadilah karet isolasi ada dimana-mana, maksudnya paling enggak ada di jendela, supaya angin dingin ga masuk. Udah gitu gedung kita termasuk bangunan lama, yah kalau di Indonesia mungkin cagar budaya deh tapi masih boleh ditempati dan alih fungsi. Temboknya booo, tuebel buenerr... Mungkin karena jaman dulu belum ada sistem pemanas ruangan secanggih ini, ya. Jadi... kalau ditarik kesimpulan, rumah kita ini cukup kedap suara, dari dalam ke luar maupun luar ke dalam. Kecuali sumber suara dari dalam gedung. Besar kemungkinan (banyak ya kemungkinannya?) malam itu dingin, jadinya kita tutup jendela rapat-rapat (sommer kali ini banyakan dinginnya daripada panasnya).

Emang sih, orang disini relatif santai alias ga mau ikut campur urusan orang lain, kecuali sampai mengganggu ketertiban umum. Udah gitu belum tentu kita kenal tetangga kita. Tapi belum tentu orang disini idividualis. Sepertinya bagi mereka, cukup menjalankan kewajiban dan mengambil haknya. Jadi kemaruk juga enggak (kok malah beralih topik ya?). Niwey, maksudku disini orang nggak seindividualis itu, seperti anggapan kita kalau kita lagi belajar perbandingan antara dunia "barat" sama "timur". Mungkin maksudnya sederhana, ga mau bikin konflik dengan nyampurin urusan orang, kecuali terpaksa. Itu ajah.

Kesimpulannya? Apa ya? Oiya, jadi anggapan orang barat itu individualis ga sepenuhnya benar. Kali aja ada faktor lain yang menyebabkan orang itu jadi tidak tahu, yah contohnya isolasi jendela atau dinding yang tebal. Heheheh...

No comments: